LUKIS KARIKATUR MOE

Rabu, 29 Juni 2011

Kurban Ular

1.      Ada seorang raja namanya sang Pariksit, anak Abimanyu dengan dari perkawinan dengan sang Uttari, menjadi milik bhagawan Krsa, baik dalam pengetahuan.
                 Gowindapriyah samyuktah, tasih sempurna bhatara Krsna,dihidupkan oleh bhagawan Krsna, dihidupkan oleh beliau ketika kena panah sang acwatthama ketika beliau didalam kandungan sang Uttari, supaya kelahiran dan hidupnya diberkahi oleh bhatara Krsna, beliau dirawat oleh Maharaja Yudistira. Seorang yang menggantikan ratu Hastinatura. Pada waktu pergi Pandawa kemudian masuk dihutan.
Sastiwarsany apalayat, dia memerintah selama 60 tahun.
Yatha Pandur Mahabahuh, tetapi dia seorang Maharaja Pandu gemar berburu.
Tiap kemudian dia menjadi lelah karenanya.
Ksutpipasacramaturah, dia  hendak meminum air. Ada seorang pendeta yang dijumpainya di ladang tepi Biara tempat menggembala lembu. Sang pendeta sedang makan buih anak sapih. Beliau ditanya tentang arah lari anak kijang, tetapi sang pendeta tidak menjawab karena beliau sedang pantang mengeluarkan suara, namanya mpu Bhagawan Samiti. Dari sebab marah karena tidak menjawab pertanyaannya sang Nata Pariksit marah, bangkai ular Deles dicukit dengan ujung busurnya, kemudian dikalungkan dileher Bhagawa Samiti. Berdiam dirilah sang Pendeta. Sesudah Maharaja Paritsit berbuat demikian, pulanglah dia ke istana. Anak Bhagawan Samiti daripada lembu, namanya sang Crnggi, kebetulan dia bertanduk, tetapi menuncak tapanya dan manjur mantranya, dapat masuk kedalam tempat Dewa-dewa, selalu menghadap kepada Bhatara Brahma. Yang bernama Crnggi ini bersifat pemarah, maka dia diajak bercakap oleh sang Krsa.
\
2.      “Dwijaputra, anak dari Bhahmana
Bukan karena beliau marah, tetapi bermaksud bersenda gurau beliau berkata :
                 “Ma Crnggin garwito bhawa. Kamu Crnggi, jangan kita terlalu pemarah mabuk oleh kepandaian, tanpa tahu betul memang kita sabar.
Pituh kanthe ‘pi dundubhi. Pada suatu waktu Maharaja Pariksit sang ratu Hastinatura membellit-belikan kepada beliau yaitu ayahmu bangkai ular deles dilehernya. Hendaknya kamu mencontoh perbuatan bapakmu.
Sang Krsa berpaling. Maka sang Crnggi marah mendengar perkataan sang
Krsa.
Kopasamraktanayanah. Biji matanya bergerak-gerak bersinar merah. Oleh karena itu dia bangkit berdiri gusar. Sang Krsa berkata :
“Pacya me tapaso balam. Hal kamu Krsa, lihat caktini tapangku silahkan! Ratu Pariksit, barang siapa seperti yang tuanku beritahukan kepada kami, membelit-belitkan kepada bapakku ular padahal beliau tidak berdosa, menghina pada seorang pendeta, Naga Taksaka namanya.
Martawyam saptaratrena. Pasti akan datang karena kutukanku pada hari sesudah malam ketujuh. Akan menggigit ratu Pariksit”.
Begitu kata sang Crnggi mengutuk. Pulanglah dia, dijumpai sang pendeta dalam tempat menggembalanya dahulu. Sang Crnggi berteriak menangisi bapaknya. Lalu, mengambik lap bangkai ular. Dia berpaling :
            “Crutwemam dharsanam tata. Aduhai bapak, ampun! Kita mendengar penghinaan dari ratu Pariksit. Pemberitahuan sang Krsa kamu sudahlah, mengutuk supaya dimakan oleh Naga Taksaka. Pada akhir malam yang ketujuh, bahwa dosanya membelit-belitkan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar